BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Minggu, 29 Mei 2011

Surat Terbuka Syamsir Alam: Jangan Renggut Mimpi Kami!

"Kepada yang terhormat bapak-bapak anggota PSSI,

Ini mungkin curhatan atau isi hati kami sebagai anak bangsa.

Kami baru saja ingin memetik atau mewujudkan mimpi kami. Sepakbola adalah mata pencaharian kami untuk menghidupkan keluarga kami, dan untuk mewujudkan mimpi kami bermain di Piala Dunia. Kami berlatih bersimbah keringat dan bahkan terkadang bertumpah darah pun kami alami. Tetapi sekarang kenapa ada orang-orang yang hanya mementingkan kepentingan pribadinya masing-masing sehingga merusak mimpi jutaan anak Indonesia.
Apakah kami pantas mendapatkan itu? Apakah ada orang yang pantas merenggut mimpi kami?
Mungkin sebagai seorang remaja muda, saya tidak mengetahui banyak hal, tetapi kenapa bapak-bapak harus berdebat sampai bercekcok mulut ketika ada kongres yang bisa menjadi sarana bagi kita bekerja sama dan bergotong royong untuk membangun sepakbola?
Padahal, kebangkitan sepakbola kita baru saja hendak dimulai. Tolong, jangan ambil mimpi kami, bapak-bapak yang saya hormati. Lihatlah ke arah kami sedikit, bayangkan jika bapak-bapak berada di posisi kami. Bayangkan betapa getirnya perasaan anak remaja yang baru saja ingin meraih mimpi, tetapi kemudian direbut oleh orang-orang yang haus kedudukan.
Kami tidak pantas mendapatkannya. Sebagian dari kami akan hidup dari sepakbola, dan jika harus begini apa yang dapat kami lakukan kelak. Barangkali bapak-bapak tidak menghiraukannya, tetapi tolonglah berpikir dengan hati nurani yang jernih. Kami sudah mengorbankan banyak hal untuk mencapai mimpi. Kami tinggalkan sekolah kami, keluarga kami, melewatkan masa-masa muda kami untuk meraih mimpi dan mengabdi kepada bangsa dan tanah air yang tercinta ini.

Sekali lagi, JANGAN RENGGUT MIMPI KAMI!"

Curhat Si Bulutangkis Pada Kawannya - Sepak Bola

Kawan, izinkan aku sekedar berbagi cerita padamu. Sebelumnya, aku minta maaf beribu kali padamu bila  membuat telingamu jadi semak dengan  resahku ini.
Beberapa tahun terakhir, aku jadi iri melihatmu yang sangat dicintai oleh hampir semua orang di negeri tempat kita bernaung ini. Negeri yang lagu kebangsaannya sering menggema di pentas dunia saat pemain-pemain kita berlaga merajut prestasi.
Kawan, kuharap dirimu tak marah karena jujur aku telah iri pada kawan sendiri. Kuberharap dirimu tak memasukkannya dalam hati. Iya, aku iri bukan karena orang-orang lebih menyukai kepopuleran yang kamu miliki saat ini. Tapi aku iri karena bos kita (pengelola olahraga) itu. Seakan-akan si bos telah mengusirku untuk segera menjauh dari pandangannya.
Kawan, tak ada maksudku untuk membanding-bandingkan jumlah trofi kejayaan yang kita bawa pulang ke negeri yang bernama Indonesia ini. Kamu pasti sudah melihatnya sendiri. Pemain-pemainku lebih sering menebar bau wangi nama negara di level internasional. Apalagi di era tahun 90-an, mendengar nama-nama pemainku saja, lawan-lawan menjadi gusar dan gemetar.
Kawan, mungkin bos kita terlalu percaya pada pemain-pemainku yang luar biasa itu. Sehingga tak perlu lagi butuh perhatian. Tak perlu kusebut satu per satu. Taufik Hidayat salah satunya, kamu pasti kenal dekat siapa dia. Saat ini dialah yang selalu menjadi ujung tombakku. Sempat aku terharu saat ia curhat ke media beberapa waktu lalu. Katanya, regenerasi bulutangkis terlambat.
Kawan, saat mengetahui informasi itu, aku semakin iri saja padamu. Ingin kuteriak sekencang-kencangnya seperti gemuruh suara penonton dalam stadion yang kamu miliki, biar bos kita tak lagi tutup mata.
Aku semakin sedih melihat realita ini. Saat kamu punya banyak cara untuk mendapatkan regenerasi pemain pengganti seniornya. Kamu punya banyak liga untuk mengasah kemampuan pemain dan menelorkan bibit-bibit baru. Mulai liga profesional hingga tingkat amatiran. Mulai dari Sabang hingga Meurauke. Bahkan mengirim anak-anak usia muda hingga ke Benua Amerika sana untuk belajar menyepakbola. Tentunya melimpah dana untuk itu kan, sedangkan aku? Ehmm, usah ditanya lagi. Tahu sendirilah  macam mana. Kalaupun kepedulian itu juga ada, hanya sebatas menggema di Pulau Jawa. Itupun belum dikelola secara sempurna.
Duhai kawanku, sepak bola. Aku tak mau bicara banyak dan berandai-andai ini itu. Pintaku cukup satu, jika kamu berjumpa sama bos kita yang memandangku kini sebelah mata, tolong sampaikan perihal kesedihanku ini. Terimakasih tak terhingga bila mau membantuku. Semoga kita bisa sama-sama membanggakan nama bangsa.
Salam olahraga!















"Uruguayan Project" Trailer

 
 Trailer del Uruguayan Project 2008
 

Presentacion de Alam Martha y Syamsir Alam.



Cesar Payovich presenta el Uruguayan Project 2008.
sumber: youtube.com

Minggu, 15 Mei 2011

SPESIAL: Inilah Daftar Alumni Manchester United Premier Cup


Beberapa nama besar pernah meramaikan turnamen U-15 internasional, Nike Manchester United Premier Cup (MUPC).
Oleh Agung Harsya
18 Apr 2011 14:10:00

Nike Manchester United Premier Cup (MUPC) adalah ajang untuk pemain di bawah usia 15 tahun yang sudah dikenal dunia.
Secara akumulatif, tak kurang dari 90.000 anak dari lebih 9000 tim di 43 negara mengikuti turnamen ini. Di Indonesia, tahun ini merupakan kali kelima penyelenggaraan. Sepuluh kota telah terpilih sebagai penyelenggara babak kualifikasi dan putaran final nasional akan digelar di Jakarta, Mei mendatang. Juara Indonesia akan bertanding di putaran regional Asia Tenggara untuk memperebutkan satu tiket putaran final internasional di Old Trafford.
Tujuan penyelenggaraan adalah menyediakan wadah bagi remaja-remaja berbakat untuk mengasah kemampuan di dunia sepakbola. Selaras dengan tujuan itu, sejumlah nama besar pernah tercatat meramaikan ajang tahunan ini. 

Berikut sejumlah bintang sepakbola yang pernah mengikuti MUPC:
Carlos Tevez (Argentina / Manchester City)
Sebelum meraih medali emas Olimpiade 2004, kemampuan Carlitos juga turut teruji di MUPC 1999 bersama Boca Juniors. "Saya masih menyimpan trofi juara Premier Cup di rumah saya," akunya, "saya bangga menjadi pemain terbaik putaran nasional turnamen dan saat berusia 14 tahun, saya hanya ingin bermain sepakbola dan bersenang-senang."
"Kalau bisa juara, itu merupakan bonus. Sampai sekarang ini, ketika mengenangnya lagi, saya baru sadar betapa besar dampak turnamen seperti ini untuk mendorong hidup dan karier saya."
Sempat membela Manchester United, kini Tevez menyeberang ke rival sekota Manchester City. Meski pindah klub, Tevez tetap dikenal sebagai salah satu striker yang disegani di Liga Primer Inggris.

Theo Walcott (Inggris / Arsenal)
Karier Walcott melejit di usia muda. Memikat perhatian Southampton ketika memperkuat Swindon Town, Walcott membawa klub pelabuhan itu ke final Piala FA Yunior pada 2005. Ketika pindah ke Arsenal, 20 Januari 2006, Walcott menjadi remaja 16 tahun termahal sepanjang sejarah sepakbola Britania Raya.
"Saya kini merasa beruntung pernah bermain menghadapi sejumlah pemain berkemampuan tinggi di MUPC dan yang paling penting adalah saya belajar bagaimana caranya tetap fokus serta berjuang hingga menit terakhir. Terus mencoba untuk tim dan, menang atau kalah, Anda telah memberikan yang terbaik pada pertandingan," tukasnya.
Walcott terjun ke MUPC 2003 bersama Southampton.

Andres Iniesta (Spanyol / Barcelona)
Bergabung ke akademi ternama Barcelona sejak usia 12 tahun, Iniesta pernah menjadi pemain terbaik MUPC 1999. Jika sekarang dikenal kerap memberikan gol-gol penting untuk klub ataupun timnas negaranya, di MUPC kala itu gol-gol Iniesta membawa Barcelona mengalahkan wakil Argentina, Rosario Central, dan merengkuh gelar juara.

"Premier Cup adalah mimpi yang jadi nyata bagi seorang pemain sepakbola. Kompetisi ini memberikan kesempatan luas untuk menguji kemampuan menghadapi pemain-pemain muda terbaik dari segala penjuru dunia. Anda harus bangga atas penampilan dan bekerja keras untuk tim, setiap detik dalam setiap pertandingan," tukasnya.
Berkat pengalaman itulah Iniesta mendapat sebagian modal untuk membawa Barcelona meraih enam gelar pada musim 2008/09.

Fernando Torres (Spanyol / Chelsea)
Torres merupakan pemain terbaik ketika Atletico keluar sebagai juara MUPC 1999 putaran final Eropa. Karier sang striker ini juga berkembang pesat di usia muda. Menjadi kapten termuda sepanjang sejarah Atletico, Torres menjadi pemain andalan Spanyol sejak Euro 2004. Setelah pindah ke Liverpool, Torres dengan cepat meraih hati para pendukung dan pernah terpilih sebagai pemain muda terbaik klub. Meski kini sedang berupaya membuktikan diri di Chelsea, kemampuan Torres di depan gol tak perlu diragukan lagi.

"Saya betul-betul menyukai pengalaman saya di MUPC bersama Atletico karena itu memberikan saya serta rekan-rekan setim pengalaman seperti apa rasanya menjadi pesepakbola profesional. Kesempatan melawan tim dari seluruh Eropa sungguh luar biasa. Kalau saya bisa memberikan nasihat, saya akan bilang dengar dan pelajari, bermain penuh semangat, serta mengerahkan kemampuan terbaik di setiap menit pertandingan," imbuhnya.

Robinho (Brasil / AC Milan)
Kemampuan Robinho sudah memikat pemantau bakat ketika menciptakan 73 gol dalam satu musim bermain futsal saat masih berusia sembilan tahun. Robinho kemudian bergabung ke akademi Santos dan memulai karier profesional pada usia 16 tahun. Pada usia yang masih belia, Robinho sudah membela timnas Brasil dan turut membawa Seleccao menjuarai Copa America 2007. Sebelum itu semua terjadi, Robinho ikut mencicipi ajang MUPC 1999 bersama Santos. Kini Robinho bermain untuk klub top Italia, AC Milan.

Rafael dan Fabio da Silva (Brasil / Manchester United)
Potensi kemampuan si kembar asal Brasil ini sudah dicium Manchester United sejak mengikuti ajang MUPC 2005 bersama Fluminense. Ketika itu, Rafael dan Fabio bahu membahu untuk membawa Fluminense menjuarai putaran final MUPC di Hong Kong. Januari 2008, United menjalin kesepakatan dengan Fluminense untuk memboyong "Neville bersaudara-nya Brasil" ini ke Old Trafford. Pelan tapi pasti, Rafael dan Fabio menjadi pilihan utama bagi United.

Sementara itu, pemain-pemain muda Indonesia yang pernah mengikuti MUPC adalah:
Syamsir Alam
Pemain yang kini memperkuat Penarol U-19 ini tampil mewakili Indonesia di putaran Asia Tenggara pada MUPC 2007. Segera setelah itu Alam masuk skema pengembangan pemain muda PSSI di kompetisi usia muda Uruguay, Quinta Division. Mulai Januari 2011, Alam pindah memperkuat Penarol. Pemain kelahiran 6 Juli 1992 ini selalu menjadi pilihan timnas di setiap level, mulai daru U-14, U-16, hingga U-19.

Taji Prasethio
Sejak 2007, Taji juga memperkuat tim SAD Indonesia di Quinta Division. Anggota timnas sejak level U-14 hingga U-19, Taji dikenal memiliki kemampuan agresif meski bermain sebagai pemain belakang. Pemain 19 tahun ini tampil untuk Villa 2000 pada putaran final MUPC 2007 di Singapura.

Ferdiansyah
Berada satu tim dengan Alam dan Taji saat berlaga di putaran final Asia Tenggara MUPC 2007 di Singapura. Kini memperkuat tim SAD Indonesia serta timnas U-19. Kebolehan Ferdiansyah membuatnya dipercaya menjabat sebagai wakil kapten SAD.

Rudi Setiawan
Turut menjadi bagian tim yang tampil di putaran final MUPC 2007 di Singapura. Di ajang itu, Rudi dinobatkan sebagai gelandang terbaik, menjadi topskor dengan 13 gol, serta menjadi pemain terbaik MUPC Indonesia 2008. Rudi berangkat bersama Villa 2000 untuk mengikuti putaran final MUPC 2008 di Manchester dan mencetak sebuah gol ke gawang Real Madrid.

sumber: goal.com

Selasa, 10 Mei 2011

Interview oleh GSI Trans 7

Bhahahahahahahahhahaaaaa........